View Artikel Ilmiah

Kembali
NIM (Student Number)C1J013038
Nama MahasiswaACHMAD MAULIDDIN
Judul ArtikelANALISIS YANG MEMPENGARUHI IMPOR KENTANG DI INDONESIA TAHUN 1994-2015
AbstrakKentang merupakan komoditas pangan yang penting di Indonesia dan dibutuhkan sepanjang tahun selain beras sebagai bahan pangan utama. Permintaan terhadap sayuran termasuk kentang di Indonesia setiap tahun terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan masyarakat serta tumbuhnya industri pengolahan kentang. Kentang bukan hanya sebagai konsumsi sayuran semata namun konsumsi kentang dalam bentuk hasil proses (chips dan French fries)juga menunjukan peningkatan. Terjadi peningkatan konsumsi kentang untuk kentang olahan, serta kentang beku untuk yang biasa digunakan untuk kentang goreng. Tipe dari penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Teknik analisis adalah regresi linier berganda. Variabel terikat adalah impor kentang Indonesia. Variabel bebas adalah konsumsi kentang Indonesia, produksi kentang Indonesia, pendapatan per kapita dan nilai tukar rupiah. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa konsumsi kentang dan pendapatan per kapita berpengaruh positif dan signifikan. Produksi kentang berpengaruh negatif dan signfikan sedangkan nilai tukar rupiah berpengaruh positif tidak signifikan. Implikasi yang dapat dinyatakan untuk memperbaiki kebijakan Untuk meningkatkan produksi dalam negeri agar dapat memberikan kontribusi terhadap PDB, sehingga peningkatan PDB dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan impor barang lain yang benar-benar tidak dapat dihasilkan di Indonesia. Di sisi lain, pemerintah sebaiknya lebih mengutamakan kebijakan untuk menangkar atau memproduksi bibit kentang secara massal atau diperbanyak agar petani dapat menggunakan bibit produksi dalam negeri dibandingkan dengan impor kentang segar maupun bibit. Menekan jumlah permintaan kentang impor dengan menggalakkan kecintaan terhadap produk dalam negeri karena baik rasa dan kualitas kentang dalam negeri tidak kalah dengan kentang impor.
Abstrak (Inggris)Potato is an important food commodity in Indonesia and are needed throughout the year besides rice as the main foodstuff. Demand for vegetables including potato in Indonesia continues to increase every year as population increases, income levels and the growth of potato processing industries. Potato are not just vegetable consumption but potato consumption in processed form (chips and French fries) also shows improvement. There is an increase in potato consumption for processed potato, as well as frozen potato for those commonly used for French fries. The type of this study is associative research. The technique of analysis is multiple linear regression. The dependent variable is the import of Indonesian potato. The independent variables are Indonesian potato consumption, Indonesian potato production, per capita income and rupiah exchange rate. The results of this study show that potato consumption and per capita income have a positive and significant effect. Potato production has a negative and significant effect while the exchange rate of rupiah has positive effect is not significant. Implications that can be expressed to improve policies to increase domestic production in order to contribute to GDP, so that the increase in GDP can be used to finance the needs of imports of other goods that can not really be produced in Indonesia. On the other hand, the government should prioritize policies for breeding or producing potato seeds in bulk or reproduced so that farmers can use domestic production seeds compared to imported fresh potato and seeds. Suppressing the number of imported potato demand by encouraging the love of domestic products due to the good taste and quality of domestic potato is not inferior to imported potato.
Kata KunciKomoditi kentang Indonesia, impor, konsumsi kentang Indonesia, produksi kentang Indonesia, pendapatan per kapita, nilai tukar rupiah.
Nama Pembimbing 1Drs. Herman Sambodo, M.P.
Nama Pembimbing 2Drs. Sri Nugroho P.R, M.A.
Tahun2018
Jumlah Halaman57
Page generated in 0.0696 seconds.